Berikut Sejarah 31 Mei Hari Tanpa Tembakau Sedunia :Christof Putzel, jurnalis video untuk Vanguard, terhenyak melihat video Aldi Rizal Suganda, 3,5 tahun, di YouTube yang menjadi perokok berat. Dari kasus itulah ia terilhami untuk membuat video dokumenter Sex, Lies & Cigarettes.Fakta mengenai Industri dan bisnis Rokok di Indonesia, Penetrasi dan Upaya Perusahaan Rokok untuk masuk ke dalam generasi muda Indonesia. Dalam Konferensi Dunia untuk Tembakau 2010 Koresponden Christof Putzel pergi menyelinap dan melakukan pembicaraan dengan karyawan perusahaan tembakau. Ia juga melakukan wawancara dan investigasi langsung mengenai bocah perokok terkecil di Dunia serta memaparkan mengenai fakta-fakta cengkraman bisnis tembakau global dan Indonesia.
Hari Tanpa Tembakau Se Dunia dirayakan oleh seluruh dunia pada 31 Mei.Negara-negara anggota WHO telah menetapkan Hari Tanpa Tembakau Dunia itu sejak tahun 1987. Pada setiap tahun, tema yang diusung dalam peringatan tersebut berbeda. Pada tahun 2010 World Health Organization (WHO) memilih “Jender dan tembakau dengan penekanan pada pemasaran untuk perempuan” sebagai tema untuk Hari Tanpa Tembakau Dunia.
Sejarah 31 Mei Hari Tanpa Tembakau Sedunia
Pada tahun 1987, Menetapkan WHO Ketetapan WHA40.38 yang menetapkan tanggal 7 April 1988 sebagai “Hari Dunia Tanpa Tembakau”. Pada tahun 1988, Ketetapan WHA42.19 ditetapkan yang menetapkan perayaan “Hari Dunia Tanpa Tembakau” pada setiap tahun pada setiap 31 Mei.
Tembakau adalah produk pertanian yang diproses dari daun tanaman dari genus Nicotiana. Tembakau dapat dikonsumsi, digunakan sebagai pestisida, dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan sebagai obat. Jika dikonsumsi, pada umumnya tembakau dibuat menjadi rokok, tembakau kunyah, dan sebagainya. Tembakau telah lama digunakan sebagai entheogen di Amerika. Kedatangan bangsa Eropa ke Amerika Utara mempopulerkan perdagangan tembakau terutama sebagai obat penenang. Kepopuleran ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat bagian selatan. Setelah Perang Saudara Amerika Serikat, perubahan dalam permintaan dan tenaga kerja menyebabkan perkembangan industri rokok. Produk baru ini dengan cepat berkembang menjadi perusahaan-perusahaan tembakau hingga terjadi kontroversi ilmiah pada pertengahan abad ke-20.
Dalam Bahasa Indonesia tembakau merupakan serapan dari bahasa asing. Bahasa Spanyol “tabaco” dianggap sebagai asal kata dalam bahasa Arawakan, khususnya, dalam bahasa Taino di Karibia, disebutkan mengacu pada gulungan daun-daun pada tumbuhan ini (menurut Bartolome de Las Casas, 1552) atau bisa juga dari kata “tabago”, sejenis pipa berbentuk y untuk menghirup asap tembakau (menurut Oviedo, daun-daun tembakau dirujuk sebagai Cohiba, tetapi Sp. tabaco (juga It. tobacco) umumnya digunakan untuk mendefinisikan tumbuhan obat-obatan sejak 1410, yang berasal dari Bahasa Arab “tabbaq”, yang dikabarkan ada sejak abad ke-9, sebagai nama dari berbagai jenis tumbuhan. Kata tobacco (bahasa Inggris) bisa jadi berasal dari Eropa, dan pada akhirnya diterapkan untuk tumbuhan sejenis yang berasal dari Amerika.
Pengendalian epidemi tembakau di kalangan perempuan merupakan bagian penting dari setiap strategi pengendalian tembakau. Hari Tanpa Tembakau Dunia Tahun 2010 dirancang untuk mengantisipasi efek berbahaya dari pemasaran tembakau kepada perempuan dan anak gadis. Hal ini berkaitan dengan kesepakatan FCTC (Framework Convention on Tobacco Control ) yang melarang semua iklan, promosi dan sponsor rokok.
Perempuan dianggap tema penting, karena kaum ini adalah 20% dari 1 milyar perokok di dunia. Namun, wabah penggunaan tembakau di kalangan perempuan meningkat di beberapa negara. Perempuan merupakan target utama untuk industri tembakau agar menambah jumlah perokok baru sebagai pengganti dari perempuan yang mati prematur dari penyakit akibat tembakau.
Laporan WHO menunjukkan bahwa perempuan adalah target iklan tembakau untuk hari ini dan esok. Data dari 151 negara menunjukkan bahwa sekitar 7% dari remaja perempuan merokok, sedangkan laki-laki 12%. Di beberapa negara, pertumbuhan remaja perempuan dan laki-lakiyang merokok sama,
Dalam pengendalian tembakau harus mempertimbangkan norma-norma, perbedaan gender dan tanggapan terhadap tembakau dalam rangka mengurangi penggunaan tembakau dan meningkatkan kesehatan laki-laki dan perempuan di seluruh dunia. Dalam laporan WHO tahun 2007 membuktikan bahwa baik pria maupun wanita memerlukan informasi tentang efek hubungan seksual dari penggunaan tembakau, dan informasi sensitif gender tentang perlindungan perokok pasif dan paparan tembakau dan nikotin di tempat kerja.
Pada Hari Tanpa Tembakau sedunia tahun 2010 dan sepanjang tahun berikutnya, WHO akan mendorong pemerintah untuk memberikan perhatian khusus untuk melindungi perempuan dari usaha-usaha perusahaan rokok ‘untuk memikat mereka ke dalam terus ketergantungan nikotin. Dengan upaya itu pemerintah dapat mengurangi jumlah penderita serangan jantung, stroke, kanker dan penyakit pernafasan. Dengan melakukan upaya ini maka akan timbul kesadaran akan pentingnya mengurangi penggunaan tembakau di kalangan perempuan, dan bertindak pada pengakuan itu, akan menyelamatkan banyak nyawa. [facebook.com]
0 komentar:
Posting Komentar